ALAT MUSIK ETNIK KOTA SUBULUSSALAM
Kota Subulussalam merupakan
sebuah kota di
provinsi Aceh. Kota ini dulunya dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, Pada tanggal 2 Januari 2007.
Kota Subulussalam juga merupakan
pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil. Beberapa suku yang
mendiami wilayah kota Subulussalam yaitu Suku Singkil, Suku Pakpak, Aceh, dan jawa. Suku asli
kota Subulussalam sendiri yaitu suku Singkil yang kebanyakan bermukim di
kecamatan Simpang kiri. Kota Subulussalam terdiri dari lima kecamatan
diantaranya kecamatan Longkib, Penanggalan, Rundeng, Simpang Kiri, dan Sultan Daulat. [1]
Dari hasil observasi, wawancara dengan
seniman musik etnik bernama Bapak Ogut Pinem (66tahun) yang dilakukan penulis
pada 17 Oktober 2018 di desa Buluh Duri
Kecamatan Simpang Kiri diperoleh
beberapa informasi terkait alat musik instrumen tradisional khas yang terdapat di wilayah Kota Subulussalam.
Masing-masing isntrumen tradisional tersebut diantaranya yaitu Eneng-eneng,
Suling Bambu, dan Gendang.[2] Beberapa
penjelasan dari masing-masing alat musik/instrumen tradisional tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
ü
Eneng-eneng
Eneng-eneng
merupakan alat musik petik tradisional khas kota Subulussalam yang biasa
dimainkan oleh orang-orang tua (laki-laki) bentuknya lebih mirip seperti Kecapi
dayak atau Gambus serta bahan utama pembuatannya adalah kayu nangka atau jenis
kayu yang ringan. Namun ada hal lain yang membedakan antara instrumen
tradisional bernama Eneng- eneng ini baik dengan kecapi dayak ataupun gambus
yaitu terletak pada bentuknya yang lebih pendek
tingginya dari kecapi dayak, bodinya lebih ramping daripada kecapi dan
gambus, serta tali atau senar pada Eneng-eneng sendiri hanya terdiri dari dua
buah senar/tali. Pada bagian eneng-eneng sendiri sama dengan kecapi/gambus yang
terdiri dari neck (leher) dan body
(badan). Cara bermain alat musik
tradisional ini hampir sama seperti bermain gitar, gambus, dan ulele yakni
dipetik. Namun pembedanya hanya terletak pada senar yang jumlahnya dua pada
Eneng-eneng. Pada sejarahnya tali yang digunakan pada Eneng-eneng
adalah tali yang terbuat dari kulit kayu, namun saat ini tali yang
digunakan adalah dawai nilon atau kawat senar. Apabila tali yang ada pada
Eneng-eneng tadi dipetik barulah nada
lagu dapat diatur. Eneng-eneng di kota
Subulussalam ini memiliki ukuran tinggi 6cm, panjang 60cm, lebarnya 15cm, dan
beratnya sekitar 700gr.
Eneng-eneng biasanya
dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional maupun modern, aneka
tari-tarian tradisional, acara adat, ovra/seni pertunjukkan teater, dan pada
acara budaya lainnya yang diiringi musik. Dalam
fungsinya, Eneng-eneng memiliki fungsi
sekunder yaitu sebagai instrumen pendukung. Eneng-eneng sendiri konon ceritanya
sampai saat ini tidak diketahui asal muasal sejarahnya. Cara menyetemnya hampir
sama seperti kecapi dayak yaitu dengan cara tali/senar tersebut
dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada dasarnya. Sementara untuk
menaikkan nada suaranya dapat dilakukan dengan cara mengencangkan tarikan pada
tali/senarnya. Pada penelitian yang telah dilakukan penulis, berdasarkan hasil
wawancara dengan informan, eneng-eneng sendiri sudah tidak bisa didapatkan
gambar instrumennya. Hal ini dikarenakan instrumen ini sudah tidak dimiliki
lagi oleh seniman yang menjadi informan dalam penelitin ini. Hanya ada
ilustrasi yang digambarkan pada selembar kertas yang di gambarkan oleh
informan. Kurang dan lebihnya seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar Ilustrasi instrumen
Eneng-eneng/kecapi-kota Subulussalam
Pada proses pembuatan
eneng-eneng sendiri masih menggunakan tekhnik pahat kayu tradisional seperti
pada pembuatan kecapi dayak pada
umumnya. Penggunaannya dapat kita jumpai dalam berbagai pertunjukan tradisional
di Aceh, pertunjukan musik, acara adat yang menggunakan musik, bahkan
pertunjukan musik yang memadukan instrumen
etnik lainnya di Aceh.
ü Gendang
Gendang
merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara di pukul menggunakan telapak
tangan pada area yang lunak yang fungsinya
mengatur irama. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki gendang dengan
ciri khas masing-masing. Di kota
Subulussalam sendiri, Alat musik ini berbentuk silinder, kedua sisinya ada yang
disebut ” induk gendang” karena sisinya besar, sedangkan yang kecil di sebut
“anak gendang”. Gendang ini selalu dimainkan 2 buah, yaitu induk untuk gendang
dengan ukuran besar yang bermembran kulit kerbau dan anak untuk gendang yang
berukuran lebih kecil dan bermembran kulit kambing.
Kedua
membran pada gendang tersebut diikat menggunakan tali dari rotan. Namun, dari
kedua jenis gendang ini, penulis hanya menjumpai gendang yang berukuran
besar/gendang induk di kota Subulussalam. Hal ini dikarenakan gendang ukuran
besar lebih sering digunakan, khususnya di daerah Subulussalam. Ukuran gendang
di Subulussalam ini lebih kurang memiliki
panjang Ukuran gendang rata-rata
sekitar 60cm dan terbuat dari kayu
Nangka yang ringan dan tahan lama. Berat gendang anak dan induk masing-masing
berbeda. Gendang anak beratnya sekitar
5000gr dan gendang induk 6000gr. Gendang biasanya dimainkan sebagai
pengiring lagu-lagu tradisional maupun modern.
Dalam fungsinya,
gendang sendiri memiliki fungsi
sekunder yaitu sebagai instrumen pendukung namun sekarang berkembang menjadi
instrumen primer. Sejarah gendang di Singkil pesisir sendiri konon ceritanya
sampai saat ini tidak diketahui asal muasal sejarahnya. Cara menyetem gendang
adalah dengan cara tali pengikat kulit yang berbentuk "Y" atau
tali rotan tersebut dikencangkan atau dikendurkan untuk mengubah nada
dasar. Sementara untuk menaikkan nada suaranya dapat dilakukan dengan cara
mengencangkan tarikan pada kulitnya. Pada proses pembuatan gendang ini masih
menggunakan tekhnik tradisional seperti pada pembuatan gendang pada umumnya.
Penggunaan Gendang dapat kita jumpai dalam berbagai pertunjukan tradisional di
Aceh, pertunjukan musik, acara adat yang menggunakan musik, bahkan pertunjukan
musik yang memadukan instrumen
etnik lainnya.
ü Suling Bambu
Suling
bambu merupakan alat musik tiup tradisional yang terbuat dari bambu. Suling
bambu yang terdapat di kota Subulussalam
memiliki 5 lubang suara dan 1 lubang udara. Tak ada perbedaan signifikan
antara suling bambu yang berada di kota Subulussalam ataupun wilayah lainnya. Pembedanya
hanyalah terletak pada jumlah lubang suaranya saja. Sementara itu baik ukuran,
warna, nada yang dihasilkan, bentuk, dan cara bermainnya semua sama seperti
seruling bambu yang terdapat di daerah Aceh Tamiang, Singkil Pesisir, dan
daerah lainnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, cara
bermain alat musik tradisionl yang terbuat dari bambu pada tiap-tiap kabupaten
yang telah dikunjungi penulis adalah sama seperti seruling pada umumnya.
Pembedanya lainnya terletak pada nada/irama permainannya. Hal ini dikarenakan
karena masing-masing daerah memiliki iringan musik yang berbeda. Secara
otomatis nada atau irama yang dimainkan pada lagu yang diiringi seruling di
kota Subulussalam berbeda dengan daerah lainnya. Berikut gambar suling
tradisional kota Subulussalam.
Gambar
Suling Bambu-kota Subulussalam
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan penulis, cara bermain alat musik tradisional
seruling bambu pada daerah ini hampir sama seperti seruling bambu pada umumnya.
Namun yang membedakannya hanya gaya memainkan alat musiknya. Hal ini disebabkan
karena aliran musik di daerah ini cenderung pada aliran musik etnik Alas. Selai
itu, Alat musik tiup ini terbuat dari bambu jenis yang tipis dan berdiameter
sedang sehingga cocok untuk dijadikan suling yang biasa mengiringi alat musik
etnik lainnya yang ada di kota Subulussalam.
Alat musik tradisional suling bambu menjadi alat musik tradisional dari
daerah kota Subulussalam, bahan uatama
untuk membuat alat musik ini pun sangat sederhana hanya dengan bambu, tapi
bambu yang digunakan tidak sembarangan jenis bambu harus di tentukan ukuran dan
bentukny. Penggunaan suling bambu ini dapat kita jumpai dalam berbagai pertunjukan
tradisional di Aceh, pertunjukan musik dan tari, acara adat yang menggunakan
musik, bahkan pertunjukan musik yang memadukan instrumen etnik lainnya di kota Subulussalam.
Demikianlah deskripsi
beberapa alat musik/instrumen tradisional khas yang ada di kota Subulussalam.
Masing-masing dari semua yang terjabar di atas ditulis oleh penulis berdasarkan
hasil penelitiannya beberapa waktu yang lalu dan diperoleh dari sumber/informan/seniman
yang membidangi/ahli di bidang musik etnik/tradisional yang ada di kabupaten
kota Subulussalam.
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Subulussalam diakses pada tanggal 22 Oktober
2018 pukul 16.10
[2] Wawancara dengan seniman musik
tradisional bernama Ogut Pinem di desa Buluh Duri kecamatan Simpang Kiri
kabupaten kota Subulussalam pada tanggal 17 Oktober 2018.
1 komentar:
Write komentarSitus Web Nonton Film Movie Streaming Online Box Office Gratis Kutacane, Aceh Tenggara kunjungi web kita ya bg.
Replyhttps://xxiku.com
https://filmhd21.com
https://adlk.us
https://terbitfilm.com
Terima kasih, Salam negeri tanoh alas
Sepakat Segenap
EmoticonEmoticon