Karya seni terlahir
dari pengembaraan dan pengendapan seorang seniman yang distimulasi dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
realitas lingkungan sosial budaya. Oleh karena itu karya seni dalam setiap
jenis ditinjau dari segi bentuk, gaya dan isinya dipengaruhi oleh lingkungan
sosial budaya seorang seniman. Pengaruh lingkungan sosial seperti pendidikan,
adat dan norma-norma normative (agama dan moral) yang telah menjadi kesepakatan
sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah tertentu.
Tahun
1992 untuk pertama kalinya bersama Ceh
(Syeh) Kilang, A.R Moese berhasil menciptakan alat musik tradisional yaitu gerantung
(kalung kerbau). Gerantung ini
pernah dimainkan dalam pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III di Banda
Aceh pada tahun 1999 dan di pentas seni lainnya. Selain gerantung
tahun 1992, A.R Moese menciptakan jangka yang terbuat dari peralatan
pemotong tembakau. Seperti alat musik sebelumnya, jangka pernah ikut
dalam lomba musik tradisional tingkat provinsi Daerah Istimewa Aceh, tahun
1993. Bahkan, dipentaskan dalam sebuah konser musik Gayo di Banda Aceh (1993),
Taman Ismail Marzuki dan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. A.R Moese kembali menciptakan alat musik yang
lain yaitu alat musik perajah, tahun 1992. Alat musik ini pernah juga
di tampilkan di Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta dan
dalam acara Gatra Kencana TVRI, yang saat itu meraih juara II (1995). Melalui
karyanya, Moese ingin menunjukan ciri khas musik Gayo.
Alat
musik perajah belum terlalu di kenal
oleh masyarakat Aceh khususnya Aceh Tengah dan di luar Aceh. Hal ini di
sebabkan karena kurangnya masyarakat untuk membudidayakan keaneka ragaman seni
musik di dataran tinggi tanah gayo dan minimnya tokoh seniman memperkenalkan
alat musik perajah ke generasi muda/penerus.
Minimnya perhatian pemerintah untuk memfasilitasi kreasi seni musik kususnya
musik perajah.
Kekurangan alat musik melodis di
dataran tinggi gayo sehingga A.R Mouse membuat sebuah alat musik melodis yaitu alat
musik Perajah. Kata perajah memiliki arti yaitu pengobat dengan cara tradisional atau
sering disebut Orang Pintar oleh A.R
Mouse terinsfirasi setelah memainkan alat musik perajah mirip seperti orang
yang sedang merajah kemudian alat
musik ini di beri dengan sebutan perajah. Alat musik perajah memiliki
karakter suara yang bisa memunculkan karakter melodis-melodis musik Gayo. Musik
perajah mencerminkan ciri khas musik gayo. Bentuk dan wujud alat musik tersebut
yang unik sehingga dapat mengeluarkan nada-nada yang bagus di dalam bermain
musik kususnya musik perajah,
Pola
pikir yang kreatif tidak dimiliki oleh semua orang. pada dasarnya kreatifitas
itu membutuhkan pemikiran yang cerdas.
di Aceh kususnya Aceh Tengah (gayo), memiliki sosok seseorang yang memiliki
pola pikir kreatif yang bisa
memanfaatkan kayu-kayu bekas perahu yang mungkin sudah lapuk dimakan waktu yang
tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat gayo lainnya untuk dapat di jadikan
alat musik yaitu alat musik perajah pada masa itu.
Tanggal 27 Agustus
2007 Moese menghadap sang pencipta, Allah SWT tepatnya pada jam 02.10 WIB di
rumahnya Belang Mersa, Takengon. kampung Dedalu, kecamatan Lut Tawar, Takengon,
Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Moese pergi dengan meninggalkan karya-karya
yang tak ternilai bagi Aceh. Melalui kerja keras, totalitas, karya, dedikasi
dan konsistensinya, Moese telah membuktikan dan berhasil mengangkat marwah dan
martabat kesenian Gayo dan Aceh dengan alat musik perajahnya di negeri ini.
Setelah A.R Mouse meninggal dunia tidak ada lagi penerus pembuatan alat musik
perajah tersebut. Sangat di sayangkan apa bila karya A.R Mouse musik perajah hilang dengan berlahan.
Menurut
Indriyo Gitosudarmo (2002:2) mengatakan bahwa “proses adalah merupakan
interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu tenaga kerja dan mesin-mesin
serta alat-alat perlengkapan yang dipergunakan”. Menurut Teguh Baroto (2002:13)
“proses produksi adalah aktivitas bagaimana produk jadi dari bahan baku yang
melibatkan mesin, energy pengetahuan teknis”. Dari penjelasannya maka proses
pembuatan alat musik perajah menghasilkan kualitas yang bagus. Menurut Nasution
(2003:1) “Proses, yaitu
cara untuk mencapai metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku
menjadi produk”. Urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau
didesain, mungkin menggunakan waktu,
ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu
hasil. Sangat berhubungan dengan proses pembuatan alat musik perajah untuk
mencapai hasil yang lebih baik sehingga musik perajah bisa lebih di kenal
masyarakat luas.
Teeuw (2003:135) “Pada prinsipnya, jelas bahwa
Struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, detail, dan
seteliti mungkin pada suatu objek”. Dari pengertian Struktur tersebut maka
objek yang akan diteliti memiliki bagian-bagian yang disusun sesuai dengan pola
tertentu. Pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis, struktur yang
dianggap mendasari kalimat atau kelompok kata. Apabila di kaitkan dengan ilmu
bentuk musik seperti yang di kemukakan oleh Prier (2004:2) “Struktur adalah
susunan yang membahas semua unsur-unsur musik pada sebuah komposisi yang di
dalamnya terdapat melodi, irama, harmoni, dinamika, dan tempo”. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2002:1092)
“Struktur merupakan sesuatu cara yang disusun atau dibangun sesuai dengan
ketentuan unsur-unsur dari suatu objek”.
Musik
adalah suara yang disusun demikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang
dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian, sedangkan
Perajah
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan
masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Berarti alat musik
perajah alat musik yang dapat menghasilkan bunyi yang
indah apabila cara memainkan musik dengan batin yang tenang dan penjiwaan/. Menurut Yusradi (2011:4) Alat Musik Perajah
adalah Inovasi dari Almarhum AR.Muse, Yang terbuat dari perahu Tradisional
Gayo, bunyi yang di keluarkan dari tabung suara/ perahu melalui senar seperti
kecapi”. Pendapat lain seperti yang di kemukakan oleh Ara
(2009: 3) menjelaskan bahwa
Musik perajah adalah alat musik yang terbuat
dari perahu, Sesuai namanya instrument tersebut di olah dari perahu bekas
nelayan didanau laut tawar yang sudah tidak terpakai lagi oleh pemiliknya. Kemudian A.R. Mouse menjadikan perahu bekas menjadi
sebuah alat musik yang memiliki senar dengan cara memetik seperti kecapi yang
mengeluarkan nada yang baku.
Ada beberapa elemen/bagian di dalam alat musik perajah yaitu:
a. Body
alat musik perajah
Seperti
namanya, ini merupakan bagian tubuh yang biasanya paling besar dalam
elemen/bagian dari alat musik perajah tersebut. Bagian ini berfungsi untuk
menghasilkan suara dari getaran senar yang diterima. Prinsipnya kerjanya sama
seperti tabung resonansi dimana getaran yang diterima akan diubah menjadi bunyi
yang bisa kita dengar.
b.
Sound
Hole
Sound Hole Merupakan sebuah lubang
suara yang biasanya hanya terdapat pada jenis
akustik terutama pada alat musik perajah.
c. Senar
Senar adalah dawai yang terdapat
pada alat musik perajah yang di jadikan sebagai sumber suara.
d. Tuner / Tuning
Tuner
adalah alat untuk menyetem alat musik perajah di gunakan sebagai pengatur
ketegangan senar untuk menghasilkan nada yang d inginkan
e. Bridge
Bridge
adalah tempat senar sehingga snar
tersebut dapat merentang di dalam alat musik perajah.
Dari
penjelasan diatas bahwa musik perajah adalah salah satu alat musik ciptaan
A.R.Mouse, yang di buat dari perahu bekas nelayan. Alat musik perajah ini di katagorikan sebagai alat musik berdawai
yang memiliki 18 senar masing-masing
senar memiliki nada-nada tersendiri, senar dimainkan dengan cara dipetik
seperti kecapi yang mempunyai nada baku seperti alat musik melodis lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar