Jumat, 07 Desember 2012

MUSIK PERAJAH, TAKENGON, ACEH TENGAH



            Karya seni terlahir dari pengembaraan dan pengendapan seorang seniman yang distimulasi dari permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam realitas lingkungan sosial budaya. Oleh karena itu karya seni dalam setiap jenis ditinjau dari segi bentuk, gaya dan isinya dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya seorang seniman. Pengaruh lingkungan sosial seperti pendidikan, adat dan norma-norma normative (agama dan moral) yang telah menjadi kesepakatan sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah tertentu. 
            Tahun 1992 untuk pertama kalinya bersama Ceh (Syeh) Kilang, A.R Moese berhasil menciptakan alat musik tradisional yaitu gerantung (kalung kerbau). Gerantung ini pernah dimainkan dalam pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III di Banda Aceh pada tahun 1999 dan di pentas seni lainnya. Selain gerantung tahun 1992, A.R Moese menciptakan jangka yang terbuat dari peralatan pemotong tembakau. Seperti alat musik sebelumnya, jangka pernah ikut dalam lomba musik tradisional tingkat provinsi Daerah Istimewa Aceh, tahun 1993. Bahkan, dipentaskan dalam sebuah konser musik Gayo di Banda Aceh (1993), Taman Ismail Marzuki dan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.  A.R Moese kembali menciptakan alat musik yang lain yaitu alat musik perajah, tahun 1992. Alat musik ini pernah juga di tampilkan di Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta dan dalam acara Gatra Kencana TVRI, yang saat itu meraih juara II (1995). Melalui karyanya, Moese ingin menunjukan ciri khas musik Gayo.
            Alat musik perajah belum terlalu di kenal oleh masyarakat Aceh khususnya Aceh Tengah dan di luar Aceh. Hal ini di sebabkan karena kurangnya masyarakat untuk membudidayakan keaneka ragaman seni musik di dataran tinggi tanah gayo dan minimnya tokoh seniman memperkenalkan alat musik perajah ke generasi muda/penerus. Minimnya perhatian pemerintah untuk memfasilitasi kreasi seni musik kususnya musik perajah.
Kekurangan alat musik melodis di dataran tinggi gayo sehingga A.R Mouse membuat sebuah alat musik melodis yaitu alat musik Perajah. Kata perajah memiliki arti yaitu pengobat dengan cara tradisional atau sering disebut Orang Pintar oleh A.R Mouse terinsfirasi setelah memainkan alat musik perajah mirip seperti orang yang sedang merajah kemudian alat musik ini di beri dengan sebutan  perajah. Alat musik perajah memiliki karakter suara yang bisa memunculkan karakter melodis-melodis musik Gayo. Musik perajah mencerminkan ciri khas musik gayo. Bentuk dan wujud alat musik tersebut yang unik sehingga dapat mengeluarkan nada-nada yang bagus di dalam bermain musik kususnya musik perajah,
Pola pikir yang kreatif tidak dimiliki oleh semua orang. pada dasarnya kreatifitas itu membutuhkan  pemikiran yang cerdas. di Aceh kususnya Aceh Tengah (gayo), memiliki sosok seseorang yang memiliki pola pikir kreatif  yang bisa memanfaatkan kayu-kayu bekas perahu yang mungkin sudah lapuk dimakan waktu yang tidak pernah terpikirkan oleh masyarakat gayo lainnya untuk dapat di jadikan alat musik yaitu alat musik perajah pada masa itu.
Tanggal 27 Agustus 2007 Moese menghadap sang pencipta, Allah SWT tepatnya pada jam 02.10 WIB di rumahnya Belang Mersa, Takengon. kampung Dedalu, kecamatan Lut Tawar, Takengon, Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Moese pergi dengan meninggalkan karya-karya yang tak ternilai bagi Aceh. Melalui kerja keras, totalitas, karya, dedikasi dan konsistensinya, Moese telah membuktikan dan berhasil mengangkat marwah dan martabat kesenian Gayo dan Aceh dengan alat musik perajahnya di negeri ini. Setelah A.R Mouse meninggal dunia tidak ada lagi penerus pembuatan alat musik perajah tersebut. Sangat di sayangkan apa bila karya A.R Mouse musik perajah hilang dengan berlahan.
Menurut Indriyo Gitosudarmo (2002:2) mengatakan bahwa “proses adalah merupakan interaksi antara bahan dasar, bahan-bahan pembantu tenaga kerja dan mesin-mesin serta alat-alat perlengkapan yang dipergunakan”. Menurut Teguh Baroto (2002:13) “proses produksi adalah aktivitas bagaimana produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energy pengetahuan teknis”. Dari penjelasannya maka proses pembuatan alat musik perajah menghasilkan kualitas yang bagus. Menurut Nasution (2003:1) “Proses, yaitu cara untuk mencapai metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”. Urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Sangat berhubungan dengan proses pembuatan alat musik perajah untuk mencapai hasil yang lebih baik sehingga musik perajah bisa lebih di kenal masyarakat luas.
Teeuw (2003:135) “Pada prinsipnya, jelas bahwa Struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat, detail, dan seteliti mungkin pada suatu objek”. Dari pengertian Struktur tersebut maka objek yang akan diteliti memiliki bagian-bagian yang disusun sesuai dengan pola tertentu. Pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis, struktur yang dianggap mendasari kalimat atau kelompok kata. Apabila di kaitkan dengan ilmu bentuk musik seperti yang di kemukakan oleh Prier (2004:2) “Struktur adalah susunan yang membahas semua unsur-unsur musik pada sebuah komposisi yang di dalamnya terdapat melodi, irama, harmoni, dinamika, dan tempo”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:1092) “Struktur merupakan sesuatu cara yang disusun atau dibangun sesuai dengan ketentuan unsur-unsur dari suatu objek”.
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian, sedangkan Perajah dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Berarti alat musik perajah  alat musik yang dapat menghasilkan bunyi yang indah apabila cara memainkan musik dengan batin yang tenang dan penjiwaan/.  Menurut Yusradi (2011:4) Alat Musik Perajah adalah Inovasi dari Almarhum AR.Muse, Yang terbuat dari perahu Tradisional Gayo, bunyi yang di keluarkan dari tabung suara/ perahu melalui senar seperti kecapi”. Pendapat lain seperti yang di kemukakan oleh Ara (2009: 3) menjelaskan bahwa
Musik perajah adalah alat musik yang terbuat dari perahu, Sesuai namanya instrument tersebut di olah dari perahu bekas nelayan didanau laut tawar yang sudah tidak terpakai lagi oleh pemiliknya. Kemudian A.R. Mouse menjadikan perahu bekas menjadi sebuah alat musik yang memiliki senar dengan cara memetik seperti kecapi yang mengeluarkan nada yang baku.

Ada beberapa elemen/bagian di dalam alat musik perajah yaitu:
a.    Body  alat musik perajah
Seperti namanya, ini merupakan bagian tubuh yang biasanya paling besar dalam elemen/bagian dari alat musik perajah tersebut. Bagian ini berfungsi untuk menghasilkan suara dari getaran senar yang diterima. Prinsipnya kerjanya sama seperti tabung resonansi dimana getaran yang diterima akan diubah menjadi bunyi yang bisa kita dengar.
b.   Sound Hole
Sound Hole Merupakan sebuah lubang suara yang biasanya hanya terdapat pada jenis  akustik terutama pada alat musik perajah.
c.    Senar
Senar adalah dawai yang terdapat pada alat musik perajah yang di jadikan sebagai sumber suara.
d.   Tuner / Tuning
Tuner adalah alat untuk menyetem alat musik perajah di gunakan sebagai pengatur ketegangan senar untuk menghasilkan nada yang d inginkan
e.    Bridge
Bridge adalah tempat senar  sehingga snar tersebut dapat merentang di dalam alat musik perajah.

Dari penjelasan diatas bahwa musik perajah adalah salah satu alat musik ciptaan A.R.Mouse, yang di buat dari perahu bekas nelayan. Alat musik perajah ini   di katagorikan sebagai alat musik berdawai yang memiliki 18 senar  masing-masing senar memiliki nada-nada tersendiri, senar dimainkan dengan cara dipetik seperti kecapi yang mempunyai nada baku seperti alat musik melodis lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar